Contoh Proposal Penelitian Skripsi | Penelitian Kuantitaif

September 06, 2019

Contoh Proposal Penelitian Skripsi | Penelitian Kuantitatif - Artikel ini merupakan sebagai kelanjutan dari artikel sebelumnya yaitu contoh proposal dan jenis-jenisnya. Proposal penelitian biasanya diajukan oleh mahsiswa dalam rangka penelitian untuk penyusunan skripsi. ada sedikit macam jenis penelitian yang dilakukan meurut metodologi penelitian yang dilakukan yaitu metodologi kuantitatif dan metodologi kualitatif. maka pada hari ini kali ini admin hanya terpokus pada contoh dan cara memuat proposal peneltian jenis kuantitatif, namun tak berbicara kaya pada perumusan motodologinya, melainkan hanya pada contoh proposalnya. cukup pada lain hari ini admin akan tulis artikel tentang metodologi penelitian kuantitatif inginpuan kualitatif secara khusus.

Cara Membuat Proposal Penelitian

 Artikel ini merupakan sebagai kelanjutan dari artikel sebelumnya yaitu  Contoh Proposal Penelitian Skripsi | Penelitian Kuantitaif
cara menciptakan proposl penelitian skripsi
Proposal penelitian termasuk salah satu karya ilmiah yang di dalamnya terdiri dari sedikit hal yaitu antara lain
Cover Proposal penelitian dan halaman judul
Bab I : Terdiri dari Pendahuluan
Sedangkan pendahuluan meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis dan Kegunaan

Bab II yaitu tinjauan pustaka.
Tinjauan pustaka yaitu lebih bermana pada kajian teoritis yang mendasari penelitian, atau kajian  dari sisi literatur seputar teori-teori yang telah ada sebelumnya tentang judul penelitian yang diangkat dan dibahas oleh peneliti untuk di buktikan secara ilmiah apakah teori tersebut telah benar atau sebaliknya apa yang telah diterapkan secara empiris telah berkesuaian dengan teori tersebut.

Bab III metode penelitian
yaitu terdiri dari metode penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan penelitian, biasanya metode penelitian ini sangat tergatung pada materi penelitian yang dipilih untuk diteliti. hasil dari penelitian sangat bergantung dari metode penelitian yang dipilih apakah metode penelitian kualitatif ataukah kuantitatif, dan instrumen-instrumen penelitian yang lain. maka tentu saja efektifitas penelitian juga sangat bergantung kepada metode penelitian, waktu dan tempat penelitian, sarana penelitian, dan peneliti itu sendiri.

Cara menciptakan proposal penelitian yang terakhir yaitu mencantumkan daftar pustaka

Contoh Proposal Penelitian

Berikut di bawah ini contoh proposal penelitian yang dapat dijadikan acuan dan refrensi untuk menciptakan proposal penelitian, yang mana proposal penelitian biasanya diajukan oleh mahasiswa kepada dosen pembimbingnya terkait judul dan materi yang akan diteliti inginpun seperangkat instrumen atau metode penelitian yang akan digunakan dalam melaksanakan penelitian. Tujuan dari proposal penelitian merupakan sebagai langkah awal atau memberikan gambaran umum tentang proses penelitian yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa tersebut dengan bimbingan dosen pembimbing untuk mengarahkan mahasiswanya sampai pada penyusunan skripsi.

Contoh Pendahuluan Proposal Penelitian


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Negara Indonesia saat ini sudah kaya dikembangkan bermacam kegiatan budidaya perairan, mulai dari komoditas air tawar, air payau sampai air laut.  Salah satu komoditas air tawar yang kaya dikembangbiakkan merupakan ikan nila (Oreochromis niloticus). Agustono, Hadi dan Cahyoko (2009), berpendapat bahwa ikan nila (Oreochromis niloticus) kaya dipilih untuk dikembangkan di Negara Indonesia sebab ikan ini lebih mudah dibudidayakan, mudah berkembang biak, pertumbuhan cepat, ukuran badan relatif besar, tahan penyakit, mudah beradaptasi dengan lingkungan, harga relatif terjangkau dan punya nilai gizi yang cukup sebagai sumber protein hewani.

Salah satu kendala yang dihadapi pembudidaya intensif ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan keterbatasan pakan dalam kualitas dan kuantitas (Afebrata, Rahmad, Santoso dan Suparmono, 2014). Pelet lebih kerap dipilih oleh pembudidaya sebab dirasa lebih mampu memenuhi kebutuhan gizi ikan nila (Oreochromis niloticus). Dengan meningkatnya permintaan terhadap pelet komersil maka permintaan kebutuhan bahan baku seperti tepung ikan yang digunakan sebagai sumber protein juga meningkat, hal ini berimbas pada melonjaknya harga pakan pelet komersil. Kenaikan harga pakan mengakibatkan kerugian yang besar pada pembudidaya, sebab biaya yang dialokasikan untuk pakan sekitar 60-70 % dari seluruh total biaya produksi dan jumlah tersebut merupakan jumlah yang tak sedikit (Nasution, 2006).

Dalam mengatasi tingginya harga pelet, maka saat ini kaya dicari bermacam alternatif sumber protein lain selain dari tepung ikan agar menghasilkan pakan berkualitas dengan harga lebih terjangkau, salah satu bahan yang dapat digunakan merupakan tepung maggot. Menurut Setijaningsih (2011), yang dalam penelitiannya menggunakan maggot hasil limbah kelapa sawit sebagai sumber protein selain dari tepung ikan yang diuapabilan pada ikan nila (Oreochromis niloticus) diketahui dapat memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pakan tanpa penggunaan substitusi tepung maggot.

Hal yang tak kalah penting dari ketersediaan pakan merupakan manajemen pakan. Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan ikan budidaya, tak kurang dan tak lebih. Pemberian pakan yang berlebihan apabila tak termakan oleh ikan dalam waktu yang cukup lama dapat menyebabkan penumpukan pakan dan pencemaran perairan (Tossin, Sunarto dan Sabariah, 2008). Apabila hal tersebut diabaikan maka pertumbuhan ikan dapat terganggu bahkan berakibat kematian sebab kualitas air yang semakin menurun, disamping dapat menimbulkan kerugian bagi para pembudidaya akibat kayanya ikan yang mati, keadaan yang demikian juga dapat dikatakan sebagai pemborosan pakan.



B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini diantaranya merupakan :

         Apakah dengan jumlah pakan yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus).

·         Berapa jumlah pakan yang memberikan pengaruh terbaik terhadap dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus).



C. Tujuan

     Adapun tujuan dilakukanya penelitian ini diantaranya yaitu :

·      Untuk mengetahui adakah pengaruh jumlah pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus).

·      Agar dapat mengetahui jumlah pakan yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus).



D. Hipotesis

Dugaan sementara yang dapat diambil yaitu :

H0   : Jumlah pakan yang berbeda tak mempengaruhi pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus).

H1   : Jumlah pakan yang berbeda diduga memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus).



E. Kegunaan

Kegunaan dari penelitian ini merupakan untuk meningkatkan keterampilan dalam manajemen pakan, sesampai kemudian pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ikan nila (Oreochromis niloticus). 

Contoh Tinjauan Pustaka Proposal Penelitian

BAB II  TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Bentuk tubuh ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada gambar 1, lagikan klasifikasi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1984), merupakan :

Filum          : Chordata

Sub Filum   : Vertebrata

Kelas          : Ostheichthyes

Sub Kelas   : Acanthoptherigii

Ordo           : Percomorphii

Sub Ordo   : Percoidea

Famili         : Cichlidae

Genus        : Oreochromis

Spesies      : Oreochromis niloticus

Bentuk tubuh ikan nila (Oreochromis niloticus) umumnya panjang dan ramping, dengan sisik yang berukuran besar. Ikan ini terdapat mata besar, menonjol, dan bagian tepi berwarna putih. Perbandingan panjang total dan tinggi badan tubuh ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan 3:1. Sirip punggung ikan nila (Oreochromis niloticus) memanjang dari bagian atas tutup insang sampai kemudian pada bagian sirip ekor. Terdapat pula sepasang sirip dada dan sirip ekor yang berukuran lebih kecil. Sirip anus hanya ada satu buah dan berbentuk agak panjang. Sirip ekor berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (KKP, 2011).



B. Kebiasaan Makan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Menurut Amri dan Khairuman (2003), ikan nila (Oreochromis niloticus) termasuk golongan ikan pemakan segala atau biasa dikatakan sebagai golongan omnivora, oleh sebab itu, ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat mengkonsumsi pakan berupa hewan dan tumbuhan. Pakan larva ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan Zooplankton, lagikan ikan nila (Oreochromis niloticus) ukuran benih sampai kemudian dewasa dapat diberi makanan tambahan berupa dedak halus, bungkil kelapa, pellet, ampas tahu dan lain–lain.

Terdapat keterkaitan antara suhu dan kebiasaan makan ikan nila (Oreochromis niloticus). Saat siang hari ketika intensitas matahari tinggi dan mengakibatkan suhu perairan meningkat, maka ikan cenderung lebih agresif pada pakan. Namun ketika suhu perairan rendah misalnya pada saat malam hari ikan nila (Oreochromis niloticus) menjadi kurang agresif terhadap pakan (Djarijah, 2002). Jadi dapat diketahui bahwa ikan nila (Oreochromis niloticus) termasuk ikan bersifat diurnal, maka dapat ditarik kesimpulan apabila pemberian pakan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada malam hari cenderung tak efektif.



C. Pakan buatan dan Jumlah Pemberian Pakan

Handajani dan Widodo (2010) menterangkan, pakan buatan merupakan pakan yang diformulasikan khusus berdasarkan pertimbangan kebutuhan. Dasar pertimbanganya dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi ikan, kualitas bahan baku pakan dan nilai ekonomisnya. Dengan demikian, akan didapatkan pakan buatan yang disukai ikan, tak mudah hancur dalam air dan aman bagi ikan.

Secara umum jumlah makanan yang dikonsumsi benih ikan nila (Oreochromis niloticus) berkisar antara 5-6 % perhari dari bobot tubuhnya. Jumlah tersebut bukanlah jumlah yang mutlak, sebab dapat berubah akibat bermacam faktor, salah satunya merupakan suhu lingkungan (KKP,2011). Suhu perairan dapat berpengaruh terhadap jumlah makanan yang dikonsumsi, sebab apabila suhu meningkat metabolisme tubuh juga akan meningkat, maka kebutuhan konsumsi makanan ikan nila (Oreochromis niloticus) juga ikut naik.

D. Tepung Maggot

Maggot merupakan larva lalat bunga dari spesies Hermetia illucens (larva Black Soldier Fly). Maggot dapat dibudidayakan dengan menggunakan bungkil kelapa sawit terfermentasi sebagai media tumbuhnya. Maggot juga dapat diperoleh dari tempat pembuangan sampah dan untuk mendapatkannya tak memerlukan teknologi tinggi. Tepung maggot dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku alternatif pengmengganti tepung ikan. Tepung maggot digunakan sebab terdapat nutrisi yang hampir sama dengan tepung ikan, namun harganya lebih murah dibandingkan tepung ikan, mudah diperoleh, dan tak menjadi agen penyakit (Prayogo, 2012).

Menurut Fahmi, Hem dan Subamia (2009), terdapat sedikit kriteria bahan yang dapat mengmenggantikan tepung ikan, yang pertama merupakan bahan tersedia dalam jumlah kaya dan dapat diproduksi secara massal. Kedua, pengmengganti tepung ikan harus terdapat kandungan protein yang tinggi, sesampai kemudian bahan pengmengganti mampu mengimbangi protein tepung ikan. Sampai saat ini kandungan protein tepung maggot dilaporkan berkisar antara 45 %-52 %.



E. Kebutuhan Nutrisi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

    1.  Protein

          Protein menjadi material organik utama dalam jaringan dan tubuh ikan, dengan persentase antara 18-30 %. Sumber utama protein bagi ikan berasal dari pakan, baik dari pakan alami inginpun pakan buatan. Protein yang diserap digunakan sebagai sumber energi, perbaikan jaringan yang rusak dan untuk pertumbuhan, oleh sebab itu ketersediaan protein bagi ikan menjadi sangat penting. Apabila pakan yang tersedia tak mencukupi kebutuhan protein ikan maka pertumbuhan ikan akan terhambat bahkan dapat terhenti (Afrianto dan Liviawati, 2005).

Menurut Widyanti (2009), kebutuhan nutrisi ikan akan terpenuhi dengan adanya pakan. Komponen pakan yang berkontribusi terhadap penyediaan materi dan energi tumbuh merupakan protein, karbohidrat dan lemak. Ikan air tawar seperti ikan nila (Oreochromis niloticus) umumnya dapat tumbuh baik dengan pemberian pakan yang memiliki kandungan kadar protein 25-35 %.



2. Karbohidrat

          Amri dan Khairuman (2003), mengatakan bahwa karbohidrat merupakan sumber energi yang paling murah dalam pakan ikan apabila dibandingkan dengan bermacam sumber energi lain seperti protein dan lemak. Disamping itu, karbohidrat dapat berfungsi sebagai perekat dalam pembuatan pakan sesampai kemudian pakan dapat bertahan sedikit lama di dalam air dalam keadaan utuh. Ikan pemakan segala (omnivora) dapat diberi karbohidrat yang kaya dalam pakannya. Kandungan karbohidrat yang diperlukan oleh ikan konsumsi termasuk ikan nila (oreochromis niloticus) umumnya berkisar 10 – 50 %.          

          Afrianto dan Liviawati (2005) berpendapat bahwa, kebutuhan karbohidrat pada ikan dipengaruhi oleh kebiasaan makanya. Ikan herbivor membutuhkan pakan dengan kandungan karbohidrat antara 20-30 %, untuk ikan karnivor membutuhkan karbohidrat hanya 10-20 % sebab daya cernanya relaif rendah.



3.  Lemak

Menurut Amri dan Khairuman (2003), lemak berfungsi sebagai sumber asam lemak dan sumber tenaga yang sangat penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Fungsi lemak juga untuk membantu penyerapan vitamin yang larut dalam minyak, membantu pembentukan struktur biologis membran, serta mempengaruhi aroma dan tekstur pakan. Kandungan lemak dalam pakan ikan berkisar antara 4 – 18 %. Kadar lemak yang berlebihan dalam pakan dapat berpengaruh buruk terhadap kualitas makanan. Hal ini disebabkan lemak mudah teroksidasi oleh udara sesampai kemudian menciptakan pakan menjadi berbau tengik.

Penggunaan bermacam sumber lemak dalam pakan, baik dari minyak nabati inginpun minyak hewani dapat dicukupkan selama komposisi asam lemak di dalam pakan sesuai dengan kebutuhan ikan. Penggunaan lemak patin sebagai sumber asam lemak pada pakan ikan nila diketahui dapat memperbaiki mutu daging ikan nila apabila ditinjau dari kepentingan manusia untuk mengkonsumsinya. Hal tersebut terbukti dari semakin menurunya nilai retensi lemak yang disimpan dalam rongga perut akan tenamun terjadi peningkatan lemak patin pada ikan (Setiawati, Nuraeni dan Jusadi, 2007).



4. Vitamin dan Mineral

Vitamin merupakan senyawa organik yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, namun vitamin ikut berperan pada proses pertumbuhan dan untuk menjaga agar semua proses dalam tubuh ikan tetap berjalan dengan baik. Tubuh ikan tak dapat memproduksi vitamin, oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan vitamin tubuh ikan, maka perlu adanya penambahan vitamin dalam pakan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Menurut Sachwan (1999), kebutuhan vitamin pada pakan ikan nila (Oreochromis niloticus) berkisar antara 0,5 – 10 %.

Mineral berguna untuk kegiatan perbaikan dan pertumbuhan jaringan tubuh ikan, selain itu juga berguna pada proses regulasi. Klasifikasi mineral esensial bagi ikan dibagi menjadi tiga, yaitu mineral makro yang dibutuhkan dalam jumlah relatif kaya, mineral mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan mineral trace, merupakan mineral yang fungsinya belum pasti sebab kecukupan dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit. Ikan nila (Oreochromis niloticus) terdapat kebutuhan mineral 0,7 % (Handajani dan Widodo, 2010).



F. Kualitas Air

   1.  Suhu

Salah satu parameter lingkungan budidaya yang penting merupakan suhu sebab ikan merupakan hewan berdarah dingin yang artinya suhu tubuhnya dapat menyesuaikan dengan suhu lingkungan. Simanjuntak dan Pramana (2013) mengemukakan bahwa suhu suatu perairan dapat mempengaruhi kehidupan organisme yang di dalamnya. Pengaruh yang dapat ditimbulkan diantaranya merupakan, pengaruh terhadap tingkat viskositas, konsentrasi oksigen terlarut dalam air dan mempengaruhi konsumsi oksigen organisme perairan. Tinggi rendahnya nilai suhu suatu perairan biasanya tergantung pada intensitas matahari dan lama penyinaran matahari.

          Setiap spesies ikan terdapat toleransi suhu yang berbeda-beda. Suhu perairan terdapat peranan yang sangat penting dalam menentukan pertumbuhan ikan budidaya. Dalam kegiatan budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) terdapat kisaran suhu yang baik guna menunjang pertumbuhan optimalnya. Kisaran suhu perairan yang baik bagi kegiatan budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan 28 oC – 32 oC (Tatangindatu, Kalesaran dan Rompas, 2013).

         

2  Derajat Keasaman (pH)

Apabila nilai pH suatu perairan rendah, makan hal tersebut merupakan suatu indikasi terjadinya penurunan kualitas perairan yang kemudian dapat berdampak pada biota didalamnya. Perubahan yang demikian dapat mengganggu pertumbuhan makhuk hidup yang ada di dalam perairan, bahkan kecukupan akan kematian biota juga dapat saja terjadi (Susana, 2009).

Usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat dilakukan di daerah dengan sumber air tersedia sepanjang tahun dengan kualitas air tak terlalu keruh dan tak tercemar bahan – bahan kimia beracun. Persyaratan kualitas air yang dibutuhkan merupakan pH berkisar antara 6,5-8,6 (DKP Sulteng, 2013).



3  Oksigen Terlarut/Dissolved Oxygen (DO)

Apabila dalam suatu perairan keruh biasanya terdapat DO yang relatif rendah. Hal tersebut dapat terjadi sebab kekeruhan air merupakan akibat dari kayanya pencemaran yang masuk dalam suatu perairan, sesampai kemudian kaya oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikannya. Namun sebaliknya apabila perairan dalam keadaan jernih yang artinya sinar matahari dapat masuk di kolom air, maka proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik. Dengan demikian, oksigen terlarut dalam perairan juga meningkat (Patty, 2013).
DKP Sulteng (2013) menterangkan bahwa pada sistem pemeliharaan intensif atau teknologi maju, pemeliharaan dapat dilakukan di kotak tambak atau air payau dengan pengairan yang baik. Permenggantian air dapat dilakukan sekerap cukup sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Dalam kegiatan pembesaran ikan nila persyaratan oksigen terlarut dalam perairan yang optimal merupakan lebih dari 5 mg/l.


4  Amoniak

 Menurut Alava (2002), terdapat sedikit dampak dari kegiatan akuakultur terhadap lingkungan yang berkaitan dengan manajemen pakan. Salah satu dampak yang ditimbulkan merupakan meningkatnya limbah perairan. Limbah kegiatan budidaya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu limbah padat seperti sisa pakan dan feses, kemudian limbah berupa produk ekskresi yang terlarut contohnya merupakan amoniak, urin dan karbondioksida
Untuk Bab III yaitu tentang instrumen penelitian tunggu artikel selanjutnya

Download Contoh Proposal penelitian

Jika anda membutuhkan contoh proposal penelitian yang saya tulis tersebut diatas, admin telah sediakan filenya dalam bentuk ms.word. docx, dan silahkan download contohnya di contoh proposal penelitian
Mungkin sampai disini dahulu artikel contoh proposal penelitian skripsi yang admin dapat sampaikan, semoga artikel ini bermanfaat sesampai kemudian dapat memudahkan anda dalam menciptakan proposal penelitian yang baik dan benar, terima kasi atas kunjungan anda. selamat berkarya.


Sumber Contoh Surat Makalah

Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

No comments