Jenis-jenis Golongan Putih (Golput)
1. Golput Ideologis: menyikapi dengan golput sebab tak percaya kepada pemilu disebabkan alasan ideologis.
2. Golput Politis: golput sebab tak terdapat pilihan dari kandidat yang tersedia ataupun tak yakin bahwa pemilihan tersebut akan membawa perbaikan atau perubahan.
3. Golput teknis politis: merupakan gabungan politis dan teknis, contoh disebabkan tak terdaftar dirinya dalam daftar pemilih disebabkan kesalahannya dapat juga orang lain. Sebagaimana pihak penyelenggara pemilu.
4. Golput teknis: golput sebab diakibatkan masalah teknis seperti misalnya sakit, ketiduran, keluarga meninggal. Hingga terhalang datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) atau mereka yang tak sengaja salah mencoblos sesampai kemudian suara mereka dianggap tak sah.
Sejarah Golongan Putih (Golput)
Istilah Golput mulai dikenal sebab gerakan yang dilakukan Arief Budiman dan sekelompok teman-temannya tepat pada akhir tahun 1969 menggambarkan bentuk kekecewaan kepada pelaksanaan pemilu dizaman rezim orde baru yang berkhias penuh kecurangan.
Golongan putih atau biasanya disingkat "golput" pencetus istilah ini merupakan "Imam Waluyo" Pilihan untuk tak menggunakan hak suara tepat saat (Pemilu) pemilihan umum dengan bermacam penyebab dan alasan.
Gerakan kampanye inginpun ajakan untuk golput dicetuskan pada tanggal 3 Juni 1971 dan meluas saat pemilu 1971 sampai 1977 sebab golput diterjemahkan sebagai salah satu bentuk perlawanan kepada rezim Orde Baru yang dinilia Otoriter militeralistik.
Kampanye dengan sebutan golongan putih sebab gerakan ini menyampaikan secara mekanis untuk mencoblos bagian putih di kertas suara pemilu atau diluar dari gambar-gambar partai dan gambar kandidat dan kata "golongan" sebagai kata bentuk perlawanan terhadap partai penguasa kala itu (Golongan Karya).
Di tahun 1998 Presiden Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun tumbang sebab perlawanan atas nama reformasi oleh mahasiswa dan rakyat yang telah geram dengan rezim orde baru. Disaat itu pula golput di perkirakan tak lagi relevan dengan pemilu pasca reformasi sebab telah diselenggarakan secara umum dan langsung.
Tenamun, menurut tokoh pelopor Golput, Arief Budiman kembali mengatakan meskipun simbol perlawanan golongan putih tak lagi segeram dan kuat seperti di zaman orba, namun apabila calon-calon yang terpampang berada di bawah standar tiap pandangan individu, maka golput boleh-boleh saja dilakukan
Salam Dunia Hitam Manis
Penulis : Awin Buton
Lihat juga :
Pantaskah Presidential Threshold (Ambang Batas) Pemilihan Presiden 2019 ?
Prediksi Konstelasi Politik di Pilpres 2019