Rupawan yang elok yang telah lama dinanti akhirnya telah menampakkan batang hidungnya, untaian kata yang diucapkan walaupun hanya melalui perantara menciptakan kisah ini beterbangan di langit-langit kebahagiaan.
Saya teringat sebuah kisah yang di mana ada sangkut paut tentang penyampaian rindu yang terucapkan oleh pemilik hati. Ucapan yang asing terdengar, yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Dalam pandangan argumentasi Kitab, Tuhan menyampaikan wahyunya melalu malaikat Jibril untuk di berikan kepada Nabi dan Rasulnya.
Inilah yang terjadi kepadanya pemilik hati, pemilik hati menyampaikan rindunya kepada orang lain untuk di sampaikan kepada penanti rindu. Sedikit cerita, Pada saat perantara menolak untuk menyampaikan rindunya dan menyuruh dia pemilik hati untuk menyampaikan secara pribadi kepada penanti Rindu, seakan tak ingin terima dengan sikap perantara.
Pemilik hati seakan tersipu malu untuk mengungkapkan rindunya secara pribadi. Oleh sebabnya perantara menyanggupi titah dari pemilik hati dan langsung menyampaikan perilaku pemilik hati. Jantung berdebar kencang, kebahagian melanda penanti rindu, burung-burung pun beterbangan seakan ketakutan mendengar detak jantung penanti rindu.
Lihat juga tulisan Eka Dwi Putra :
Tuhan : Aku Berkeluh Rindu
Kategorisasi Eksistensi Mahasiswa Kontemporer
Kritik Terhadap Kemunafikan
Tersenyum sendiri itu pasti dilakukan ketika dia lagi bahagia, pipinya mulai memerah sebab tak sanggup untuk menahan kebahagiaan. Tapi itulah dia penanti rindu, walaupun dia bahagia namun dia angkuh untuk mengucapkan kejujurannya dan sangat diadminngkan, karna ucapan rindu hanya sekilas dan tak menemukan kesimpulan yang mengerucut dari yang pernah tersampaikan sebelumnya.
Ayo mari kita lihat apakah rindu ini akan berlanjut dengan kebahagian yang di nanti ataukah berhenti sampai di batas ucapan perantara dan kembali menghilang bagaikan awan hitam ditiup angin sepoi menidurkan
Penulis: Eka Dwi Putra