Kata filsuf atau filosof lebih dieratkan pada tampilan aktifitas sedemikian diatas, terutama pada zaman awal perkembangan ilmu pengetahuan "Klasik". Namun untuk di abad 21 kini, menjadi seorang filosof membutuhkan beragam sertifikasi atau selebihnya terdapat oribeginilahlitas konsep, ide dan gagasan yang membelah masa depan.
Tampilan diera sekarang lebih cenderung pada pembenahan dalam pemikiran-pemikiran dan konsepsi dahulu, maka sebagai penggiat ilmu pengetahuan zaman sekarang tak cukup memisahkan secara keseluruhan dari kecenderungan pemikiran-pemikiran dahulu.
Fakta di lapangan terkadang berlawanan dengan harapan pemikir terdahulu sebab terkadang berlawanan mengecewakan sebab narasi memegang subtansi pemikiran kalah dalam duel nafsu duniawi. walaupun tak secara keseluruhan mengecewakan.
Ketika mencoba menciptakan sebuah telaah dalam pemahaman klasik politik yang lebih mengedepankan penyuaraan suara rakyat mencapai kesejahteraan dalam literatur sejarah, sebagai objek berdirinya suatu negara, mulai perlahan bergeser tujuan, sebab sebagian yang mempraktekkan pemikiran politik terlanjur terkikis dengan panggilan hasrat memperkaya diri semata.
Ketika kritikan ini di argumentasikan, sebagian tentulah tak menyepakati dan dapat berdalil bahwa yang terjadi merupakan dunia berubah sesuai kebutuhan dan otomatis pemikiran politik terbarupun ikut berkembang dan mereka mengikuti apa yang sudah tersedia dimeja permainan.
Namun seorang yang mengkritisi tetaplah terdapat dalil logis dalam menampar balik argumentasi diatas, sebab subtansi "sejahterakan rakyat" taklah semena-mena dilupakan dan diasumsi sebagai kepentingan jadul. Sebab sebuah pemerintahan ketika di inisiasi untuk berdiri maka dalil utamanya menjamin kesejahteraan rakyat dalam pemerintahan tersebut.
Lihat juga tulisan terkait :
Semoga bermanfaat sebagai refleksi kita sesobat semua, semua punya dalil namun jangan dilupakan atau dikambing hitamkan substansinya.
Salam Dunia Hitam Manis
Penulis : Awin Buton
Salam Dunia Hitam Manis
Penulis : Awin Buton