Mereka yang mengkritik dan menentang Presiden tanpa tendensi apapun selain kemaslahatan Indonesia, penentangan dan kritikan tersebut merupakan warning agar si presiden kembali ke jalan yang tepat, bukankah ini yang disebut kepedulian terhadap figur tersebut, hanya saja apabila penentangan ini terus diabaikan, maka tak mustahil muncul gerakan baru yg melampaui penentangan..
Dengan demikian penentangan terjadi dan masif digerakan maka yang terjadi merupakan pembenaran diri yang dalam bahasa nietzsche upaya klaim kebenaran pemerintah merupakan klaim kekuasaan.
Lihat juga : Pemilu Aman di 2019 Tergantung Masyarakat yang Damai
Atas dasar semua itu. Pergerakan yang dianggap melawan dalam negara demokratis merupakan bentuk arogansi penguasa yang katanya negara demokratis, kaki tangan berani mengangkat pentungan dan menginjak dengan laras dengan semangat perintah, mengakibatkan perdarahan pada masyarakat yang seharusnya dijaga haknya.
Maka siapa sesungguhnya pecinta Presiden? Pergerakan mengingatkan demi kebaikan bersama sebab tak ingin bangsa ini rusak, hanya sebab si presiden yang dicintai lengah, lalai.? Bukankah mencintai harus memberikan perhatian dan mengingatkan apabila terjadi kesalahan?
Mencintai si presiden dengan membenarkan semua kesalahan dan melaksanakan semua bentuk kekeliruannya merupakan cinta buta dan bentuk penghianatan terhadap orang yang dicintai. Sekarang siapa yang mencintai sesungguhnya?
Semua pembela berdalil menginginkan bangsa ini maju bersaing dengan negara adidaya yang punya kelebihan di sedikit sektor-sektor pengembangan kesejahteraan. Namun tak ingin berpikir dan mngiritik kesalahan yang ada, sebab telah meyakini bahwa apa yang dilakukan si presiden merupakan kebenaran universal.
Demikian sadarlah sebab bangsa ini butuh pendukung yang rasional kritis dalam gambaran rakyat yang cerdas. Bukan cerdas menghujat, bukan cerdas dengan memukul namun sebab kritis demi kemaslahatan negara dan jujur merubah apabila salah.
Jikalau hendak menjadi negara maju dan bersaing dalam level global, tentu kita mestilah berusah semaximal mungjin mendekati pola berpikir masyarakat jepang dan amerika serikat yang lebih cerdas dalam mengolah sosial, memahami dinamika negara dan berbudaya maju dalam memandang dunia.
Telah hadir moment untuk memberikan hak suara kita kepada sosok pemimpin negara kita selama 5 tahun, maka setiap pendukung diharap benarkanlah apa yang menjadi kebenaran dan persoalkan sesuatu yang menjadi kesalahan demi indonesia yang lebih kuat bersaing meraih kesejahteraan.
Lihat juga : Prediksi Konstelasi Politik di Pilpres 2019
Telah hadir pula para Calon Presiden dengan tampilan beragam dengan nama yang sudah pasti dikenal sebagian besar masyarakat. Ujilah wahai para pemilih, ujilah sekeras cukup dengan dalil-dalil logis, maka dengan demikian diharapkan terciptanya Pemilihan Umum 2019 yang Damai.
Salam Dunia Hitam Manis
Penulis: Awin Buton
Demikian sadarlah sebab bangsa ini butuh pendukung yang rasional kritis dalam gambaran rakyat yang cerdas. Bukan cerdas menghujat, bukan cerdas dengan memukul namun sebab kritis demi kemaslahatan negara dan jujur merubah apabila salah.
Jikalau hendak menjadi negara maju dan bersaing dalam level global, tentu kita mestilah berusah semaximal mungjin mendekati pola berpikir masyarakat jepang dan amerika serikat yang lebih cerdas dalam mengolah sosial, memahami dinamika negara dan berbudaya maju dalam memandang dunia.
Telah hadir moment untuk memberikan hak suara kita kepada sosok pemimpin negara kita selama 5 tahun, maka setiap pendukung diharap benarkanlah apa yang menjadi kebenaran dan persoalkan sesuatu yang menjadi kesalahan demi indonesia yang lebih kuat bersaing meraih kesejahteraan.
Lihat juga : Prediksi Konstelasi Politik di Pilpres 2019
Telah hadir pula para Calon Presiden dengan tampilan beragam dengan nama yang sudah pasti dikenal sebagian besar masyarakat. Ujilah wahai para pemilih, ujilah sekeras cukup dengan dalil-dalil logis, maka dengan demikian diharapkan terciptanya Pemilihan Umum 2019 yang Damai.
Salam Dunia Hitam Manis
Penulis: Awin Buton