Jakarta - Selama lebih dari dua puluh tahun lamanya, Universal Serial Bus, atau lebih bersahabat disebut sebagai USB, telah menciptakan banyak dari kita kesal alasannya ialah keliru memilih arah masuknya ketika ingin menghubungkan. Flashdisk, misalnya. Hal ini tak lagi jadi informasi sesudah lahirnya USB Type-C, atau paling tidak bagi pemilik perangkat yang sudah mengadopsinya.
Lantas, semenjak pertama kali ditemukan kenapa USB tidak dibentuk reversibel saja sehingga ujungnya itu bisa dicolok bolak-balik tanpa memusingkan bab atas-bawah, menyerupai halnya USB Type-C? Hal ini coba dijelaskan oleh Ajay Bhatt, salah satu penemu teknologi tersebut.
Baca juga: Sedang Ramai Dibahas, Apa Itu FoxPro? |
Selain Intel, nama-nama menyerupai Compaq, IBM, dan Microsoft juga ikut terlibat dalam meramu port yang sifatnya lebih universal. Bukan cuma urusan merancangnya yang menjadi soal, alasannya ialah mereka juga harus meyakinkan para produsen PC untuk mengimplementasikan standar mereka.
Kala itu ada beberapa vendor yang cukup sensitif terkait dengan biaya untuk mengikuti standar konektor tersebut. Hal ini juga yang memengaruhi bentuk dari USB.
"USB yang sanggup terhubung melalui dua arah membutuhkan dilipatgandakannya kabel dan sirkuit, yang kemudian sanggup melipatgandakan biaya," ujarnya, sebagaimana detikINET kutip dari The Verge, Rabu (26/6/2019).
Siapa yang sering mengalami ini ketika coba menghubungkan flashdisk ke komputer atau laptop? Foto: Starecat |
Baca juga: Penyesalan Terbesar Bill Gates: Android |
Saat diperkenalkan pada 1996, USB diproyeksikan untuk menggantikan port-port berukuran besar kala itu. Meski demikian, siapa sangka, perangkat ini juga justru sukses menggusur standar FireWire milik Apple, yang punya kecepatan transfer lebih tinggi, tetapi lebih mahal.
Kini, standar modern dari USB, USB Type-C, sudah menuntaskan persoalan kemampuan reversibel dari port tersebut. Ia sekaligus memperlihatkan pengisian daya yang lebih baik dan transfer data yang lebih cepat.