Jakarta - Rp 6,6 triliun. Itu merupakan angka yang harus dibayarkan Google untuk seorang Sundar Pichai pada 2018.
Nominal tersebut sanggup dibilang sepadan kalau melihat bagaimana Pichai membawa Google memperoleh pendapatan fantastis sepanjang tahun lalu. Tak tanggung-tanggung, pembuat Android itu meraup USD 136,22 miliar, atau hampir Rp 2.000 triliun, menurut data dari Statista.
Meski begitu, siapa sangka kalau laki-laki berkacamata itu tumbuh besar dengan segala keterbatasan kanal terhadap teknologi. Dia dilahirkan di selatan kota Chennai, India. Pichai tumbuh besar di apartemen dua kamar bersama orang renta dan saudara laki-lakinya.
"Ketika saya tumbuh besar, tidak ada komputer, tidak ada televisi, tidak ada internet. Hanya ada beberapa teman, bermain olahraga, membaca buku," katanya dalam sebuah wawancara dengan CNN, sebagaimana detikINET kutip pada Kamis (20/6/2019).
Tak cuma itu, ketika keluarganya menerima kanal terhadap telepon, para tetangganya berkumpul semoga juga sanggup menelepon kerabat atau keluarganya. "Bagi saya, itu menunjukkan kekuatan yang sanggup ditunjukkan oleh teknologi," ucapnya.
Sundar Pichai di usia mudanya. Foto: Istimewa |
Kondisinya berbalik 180 derajat ketika ia pindah ke Amerika Serikat. Hal tersebut karena ia menerima beasiswa S2 dari Stanford University.
"Ketika saya ke Stanford, itu benar-benar ketika ketika saya menerima kanal komputer khusus untuk diri saya. Itu merupakan momen yang besar dalam hidup saya," ungkapnya mengenang momen tersebut.
Pria berusia 46 tahun itu sendiri berhasil meraih gelar M.S di bidang ilmu material dan mesin dari Stanford University. Setelahnya, ia menerima beasiswa di Wharton School of University of Pennsylvania. dan berhasil menyabet gelar MBA di sana.
Ia mulai bergabung ke Google pada 2004. Sejak ketika itu, ia terus berperan besar dalam pengembangan produk-produk dari perusahaan besutan Larry Page dan Sergey Brin itu. Ia dipercaya menjadi CEO semenjak 2015 lalu, dan terus mempertahankan tren peningkatan pemasukan dari tahun ke tahun di sana.